Ma,

Mengapa kini tak lagi pernah kau timang aku di hangat pelukmu?
Apakah dosa di tubuh ini terlalu berat untuk ragamu yang kian lemah dimakan waktu?

Ma,
Mengapa hatimu terlalu dipenuhi ruang maaf?
Apakah tidak ada satu pun kedurhakaan ego-ku bersarang di fikiranmu?

Ma,
Mengapa jiwa di dalam hidupmu begitu kekar?
Apakah tak satu haripun pernah goyah diracau ombak?

Ma,
Mengapa senyuman yang terlukis di wajahmu tak pernah mengabur?
Apakah kehidupan ini tidak pernah membuat senyum itu surut?

Ma,
Mengapa di segala doa-mu selalu kau sebut namaku dan selusin pintamu pada Tuhan?
Apakah aku benar pantas mendapat segala kebaikan yang kau pinta dengan hati berlutut?

Ma,
Mengapa dekapanmu begitu bisa menembus kepedihan di ruang dan waktu?
Apakah benar tidak pernah kau izinkan luka menghampiri buah hatimu?

Ma,
Mengapa tak pernah kulihat air mata-mu jatuh walau aku tau kau pun bisa terluka?
Apakah benar kau terlalu hebat sebagai seorang wanita?

Ma,
Mengapa kini rambutmu yang dulu hitam menjadi kian memutih?
Apakah benar terlalu banyak beban fikiran yang aku ciptakan untukmu?

Ma,
Izinkan aku bersyukur demi memiliki wanita sepertimu sepanjang hidupku
Izinkan aku membunuh jiwa ku yang tak jarang berserapah saat diradang egois
Izinkan aku membayangkan indahnya surga yang ada di tubuhmu
Izinkan aku memaafkan raga yang kau lahirkan jika tidak bijaksana terbujuk jiwa kekanakan ini
Izinkan aku memelihara hormat tulus ini hanya untuk wanita sepertimu
Izinkan aku menikmati kesempurnaan kasihmu dan terperangkap dalam simpul cintamu

Ma,
Maafkan aku yang terkadang hanya datang untuk meminta
Maafkan aku yang terkadang lupa untuk menjaga serapah ketika tersedot emosi
Maafkan aku yang pernah lupa bahwa surga itu milikmu
Maafkan aku yang harus tumbuh sehingga perlahan menghabiskan sisa kekuatanmu
Maafkan aku yang selalu meliliti fikiranmu, hingga tak lagi sempat kau fikirkan kemampuanmu
Maafkan aku yang tak sempurna untuk selalu menikmati cintamu yang maha dahsyat

Ma,
Terimakasih untuk tidak menganggapku berhutang kepadamu
Terimakasih untuk pertaruhan nyawamu di 20 tahun silam demi aku bisa melihat dunia
Terimakasih untuk setiap suapan nasi yang kini membuat aku mampu menopang raga menantang hari
Terimakasih untuk kebaikan yang ada di hidupku, aku yakini itu sebagai jawaban doamu untukku
Terimakasih untuk keringatmu yang selalu menjadi cambuk untukku agar bersyukur
Terimakasih untuk menjadi cinta pertama dalam hidupku


Teruntuk Prof. Dr. Ratna Djamil MSi Apt.
Dan semua mama di dunia :)

0 comments:

Post a Comment

Followers

Peoples Come

Find Any Blogs